Hmm, tampaknya saya hampir menemukan makna yang tersembunyi dibalik postingan saya sebelumnya, Lentera Indonesia. Yap, saya hampir memenuhi salah satu keinginan saya semasa cilik. Menjadi guru TK. Bagaimana bisa? Lah wong saya saat ini masih magang dan berharap dapat disegerakan resmi menjadi abdi negara.
Jadi, hari Sabtu yang lalu, saya kembali bergabung dengan teman-teman TBIM Bonbar. Jika minggu sebelumnya kami mengunjungi SDN 07 Pagi Kebon Baru, minggu ini berbeda. Sebagaimana yang kami rencanakan sebelumnya, kami akan mendata buku-buku yang ada di Posko Kuning serta launching program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Berdasarkan informasi yang saya terima, karena memang hari Sabtu lalu adalah kedua kalinya saya berpartisipasi di TBIM Bonbar, progam PAUD di TBIM Bonbar akan diselenggarakan berdasarkan permintaan khusus dari penduduk Kebon Baru. Berangkat dari mahalnya biaya PAUD, maka kelompok Karang Taruna meminta TBIM Bonbar untuk bisa menyelenggarakan PAUD. Dan jika dimungkinkan, tanpa perlu dipungut biaya.
Setelah perencanaan yang cukup matang oleh para pemangku TBIM Bonbar, maka diputuskan hari Sabtu yang lalu akan dilakukan launching program PAUD. Sebetulnya, dalam benak saya, dan mungkin teman-teman TBIM Bonbar lain, launching PAUD sendiri akan dilakukan secara sederhana. Hanya sekedar perkenalan anggota TBIM Bonbar, serta pendataan adik-adik yang nantinya akan bergabung. Namun tak dinyana, tidak demikian adanya.
Sekitar pukul 10.00 pagi, ketika kami sedang menginvetaris buku-buku, pintu Posko Kuning diketuk. Kami kedatangan peserta PAUD pertama. Namanya Keyla, usianya sekitar 4 tahun. Gadis cilik yang satu ini diakui sebagai jago kandang oleh ibunya, yang artinya akan berubah menjadi pemalu ketika dia berada di luar zona nyamannya. Dan memang benar, Keyla banyak diam ketika bertemu kami untuk pertama kali. Saat itu, kami memberikan buku mewarnai untuk Keyla sembari menunggu kedatangan adik-adik lainnya.
Tak perlu menunggu lama, Posko Kuning segera dipenuhi oleh adik-adik lucu nan manis. Ada Fatan, Raysa, Farhan, Aira, Della, Salsa, Tasya, dan Keshia. Usia mereka beragam, 3 hingga 5 tahun. Mereka datang didampingi ibunda masing-masing, lengkap dengan tas mungil. Hal ini yang membuat kami terkesiap, sebab kami belum siap untuk memulai PAUD sepenuhnya. Namun, berkat kecekatan kak Renny, kak Ulfa, maupun kakak yang lainnya, kegiatan PAUD hari itu berjalan cukup lancar.
Kami mulai kegiatan dengan perkenalan. Lucu sekali, adik-adik kecil diminta untuk berdiri dan memperkenalkan diri. Ada yang suaranya lirih, dan ada pula yang lantang. Uniknya, setelah memperkenalkan diri, kak Renny memandu kami untuk memberikan SEMANGAT untuk adik-adik, dengan menyalurkan energi melalui uluran tangan dengan telapak yang dibuka ke arah adik-adik sembari berkata, "WUZZZ". Awalnya adik-adik kaget, namun lama-lama mereka terbiasa, dan bersemangat ketika memberikan WUZZZ ke teman-teman lain.
Kemudian, berlanjut dengan pengenalan profesi melalui gambar-gambar lucu. Terakhir, mewarnai. Masing-masing adik kecil kami berikan buku bergambar, dan dua kotak crayon untuk digunakan bersama. Sengaja kami hanya menyediakan dua kotak crayon, karena kami ingin adik-adik menggunakannya bersama-sama. Belajar berbagi, sehingga sifat egois pun akan terpinggirkan.
Sebelum pulang, kami tuntun adik-adik untuk berdoa bersama. Ada satu hal yang lucu. Ketika kami menantang adik-adik untuk memimpin berdoa, satu adik kecil bernama Fatan, usianya 3 tahun, segera mengacungkan jari. Kaki kecilnya pun segera menjejak, berdiri di tengah kami. Dan dengan segera, Fatan pun berucap perlahan, "Bismillah hirrohmanirrohim. Allahhuma Bariklana Fimma Rozaktana wakinna Adza Bannar".
"Gggrrrrr..." Sontak kami tertawa. Sang adik kecil, ternyata mengucap doa sebelum makan. Lantas kak Iko mengambil alih tugas sebagai pemimpin doa. Kegiatan PAUD hari itu ditutup dengan doa Al-Asr.
Meskipun tidak resmi, saya sudah merasa menjadi guru TK, guru PAUD khususnya. Saya bisa meretas bahagia. Jangan salah, saya selama ini bahagia. Namun, kebahagiaan yang saya rasakan Sabtu lalu, adalah kebahagiaan jenis baru. Kebahagiaan yang bisa dengan mudah dibawa oleh adik-adik kecil, ketika saya mendengar tawa renyah mereka. Atau ketika saya mendengar kata, "Sudah!", bersamaan dengan diangkatnya kedua tangan yang belepotan terkena crayon. Sederhana saja.
Sampai berjumpa kembali minggu depan, adik-adik manis.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar