Sabtu, 26 November 2016

Rindu

Sungguh, aku rindu padamu.  Berbulan lamanya telah ku tahan rasa ini, hampir bobol hatiku dibuatnya.  Betapa tidak. Di setiap helaan nafas, tak hentinya pikiranku berkecamuk tentangmu.  Detak jantung pun tak hentinya menyerukan namamu, meskipun hanya sekedar pedaran lantunan suara belaka.

Sungguh, aku rindu padamu.  Padamu yang tak pernah luput ku sebut dalam setiap lantunan doa.  Yang terkadang ku sebut sembari tersendat akibat larut dalam sedu sedan.  Yang mampu membuatku bersimpuh sambil tak putusnya memanggil namamu, walau hanya sekedar panggilan sekedarnya.

Sungguh, aku rindu padamu. Akan gembul pipimu.  Akan binar matamu.  Akan montok pantatmu.  Akan bangir hidungmu.  Akan tawa riangmu.  Akan jerit tangismu.  Akan erat genggam jemarimu.  Akan rengekanmu.  Akan manis senyummu.

Sayang, janjiku padamu.  Tuk senantiasa memperteguh hati ini.  Tuk menjaga  jalin kasih bersama dia yang juga tengah gelisah menantimu.  Tuk tak hentinya berusaha dan berdoa, memantaskan diri tuk menyongsong kehadiranmu di hidup kami.

Sayang, sungguh, ku rindu padamu.  Ku harap, tak perlu berlama-lama lagi harus ku tahan rasa rindu ini padamu.  Karena ku yakin, kau pun sudah teramat rindu pada kami.

Jumat, 30 September 2016

Ungkap.Tebus.Lega.

🎧 Ungkap jangan sembunyikan..
Lakukan laporkan kebenaran..
Ungkap jangan hanya diam..
Hati pun pasti lega, karna sudah terbuka..
Tak usah disembunyikan..
UNGKAP TEBUS LEGA
Amnesti Pajak

Itulah sepenggalan lirik sebuah lagu yang beberapa bulan terakhir selalu dikumandangkan di kantor saya.  Tepat pukul 08.00 WIB, beberapa saat setelah doa pagi dilantunkan untuk kemudian diaminkam oleh khalayak ramai.  Kembali ke lagu bertajuk Amnesti Pajak tadi, lagu tersebut sarat akan nada riang serta lirik yang mudah dicerna oleh para pendengar.  Tak ayal, cukup dengan 3 kali mendengar lagu tersebut, tak sadar tetiba diri telah menyenandungkan lagu Amnesti Pajak.  Meskipun hanya sekedar lantunan nada, karena pasti butuh niatan lebih jika ingin menghapal lirik lagu dalam 3 kali putaran lagu.

Lalu pertanyaannya, apakah tulisan kali ini hanya seputar lagu Amnesti Pajak?  Untungnya tidak..  Saya ingin berbagi pengalaman Amnesti Pajak, dari sisi Fiskus.

Apa itu Amnesti Pajak?  Jika ingin tahu secara detail, monggo dibaca di Undang-Undang Nomor 11 tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak, serta peraturan turunannya berupa PMK, PerDirjen, maupun SE Dirjen.  Tapi kok yo,, agak berat jika dibahas disini.  Bahasa mudahnya, Negara (dalam hal ini diwakili Dirjen Pajak) memberikan kesempatan untuk Wajib Pajak yang selama ini "khilaf" dan belum sempat melaporkan hartanya dalam SPT tahunan dengan berbagai alasan.  Harta itu bisa saja yang ada di dalam negeri serta harta yang diolah atau sekedar parkir di luar negeri.  Padahal, jika saja harta tersebut ada di dalam negeri dan masuk dalam radar pengawasan pemerintah, harta tersebut bisa menjadi dana tambahan untuk pembangunan negeri tercinta.  Nah, untuk menebus kesalahannya tersebut, si Wajib Pajak diminta untuk membayar uang tebusan dengan besaran yang disesuaikan dengan periode dilaporkannya harta.  Tarifnya bervariasi, mulai dari 2% sd 5% untuk deklarasi dalam negeri dan repatriasi luar negeri, serta 4% sd 10% untuk deklarasi luar negeri.  Fiuhhh,,, panjang.

Nah, periode pelaporan pertama dengan tarif paling rendah berakhir hari ini, 30 September 2016.  Jika dilihat dari animo Wajib Pajak yang datang ke Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak beberapa hari terakhir, tercermin bahwa kesadaran mereka untuk berpartisipasi membangun negeri cukup besar.  Bahkan tak jarang, beberapa nama besar muncul untuk melaporkan harta terpendamnya, yang lantas menjadi bahan pemberitaan media cetak maupun elektronik.  Antrian yang mengular dengan nomor antrian mencapai ribuan per hari.  Itu baru di KPDJP, belum di masing-masing Kantor Wilayah atau KPP.  Nah, seluruh Wajib Pajak tersebut, wajib dilayani oleh kami para petugas pajak.  Dengan sepenuh jiwa raga.

Untuk melayani Wajib Pajak, masing-masing Kanwil, KPP serta KPDJP memhuka sejumlah bilik penerimaan yang harus terus menerus dalam kondisi siap siaga.  Di KPDJP sendiri, setiap bilik diisi oleh perugas secara bergilir, dengan waktu pelayanan mulai pukul 08.00 WIB s.d. pukul 21.00 WIB.  Saya, yang belum mendapatkan kesempatan terhormat menjaga bilik, hanya dapat membayangkan betapa beratnya menjalankan amanah tersebut.  Berjaga di shift pagi, terkadang bertugas hingga hampir dini hari.  Terlebih lagi, masih ada kegiatan back office yang perlu diselesaikan setelah berkas Wajib Pajak ada di tangan.  Tak lupa, terkadang masih ada pekerjaan satu dua yang perlu segera dituntaskan.  Tentu hal serupa dilaksanakan di tingkat Kanwil serta KPP.  Singkatnya, semua bahu membahu untuk menyukseskan gawean negara kali ini.

Puncaknya hari ini, ketika batas akhir pelaporan harta dengan nilai tebusan terkecil, semua bersiaga menghadapi "gempuran" Wajih Pajak yang ingin mengamankan diri di "periode termurah" ini.  Tak ayal, sejumlah kebijakan diambil oleh pimpinan istitusi ini.  Segenap kru KPDJP diminta untuk bersiaga, membantu dan mengerjakan apapun yang bisa dikerjakan, demi terlaksananya program Tax Amnesti dengan sukses.  Kami bersiap, agar Wajib Pajak mendapat kesempatan semaksimal mungkin untuk dapat mengikuti Tax Amnesti di periode pertama ini.  Bahkan hingga detik terakhir di tanggal 30 September 2016.

Sungguhpun, saya bangga dengan institusi tempat saya bernaung.  Terlebih lagi, kepada kalian para Pejuang Amnesti Pajak yang senantiasa berjuang di lini terdepan.  Terima kasih, karena telah menjadi duta terbaik yang bisa DJP miliki.  Semoga semua perbuatan yang telah dilaksanakan, tak akan menjadi suatu kesiaan belaka.

Dan kini, bulan hampir berganti.  Tak berarti perjuangan akan berhenti sampai disini.  Karena periode berikutnya telah menanti, dengan ragam cerita yang lebih bervariasi. Tetap bersemangat.  Semangat satu jiwa, untuk Indonesia.  Layaknya yang disampaikan DJP 1, "Sahabat, perjuangan kita belum selesai."

Senin, 12 September 2016

You and I

September 12, 2015

All I know, is that from this day forward, i'm gonna love you, to the moon and back, with all my heart.

All I know, is that from this day forward, you'll be my leader, to be followed and obeyed.

All I know, is that from this day forward, you'll guide me, watch me, keep me safe and sound.

And all I know, is that from this day forward, I'll have a great happy family filled with love and joy, and always be under Allah's blessings.

===========

September 12, 2016

Alhamdulilah, one year has passed since that day.  All I can say, is that I couldn't ask for more.

Thank you, for great year we've been trough.

Thank you, for being an ideal husband for me.  The one that I trully need, not solely I want.

Thank you, for keep being you, the one that I fall in love with at the very begining.

Insya Allah, I'll always love you.  To the moon and back.


Kamis, 14 April 2016

Serupa Jiwa dan Raga

Wahai saudaraku se-Indonesia, akan ku ceritakan sebuah rahasia kepada kalian.

Jadi pegawai pajak itu sulit.  Harus berkorban segalanya.  Serupa jiwa dan raga. 

Iya, jiwa dan raga.

Tentu kalian semua sudah mendengar berita duka itu.  Selasa petang tanggal 12 April lalu, dua orang pegawai Direktorat Jenderal Pajak telah berpulang ke Tuhan YME.  Adalah Sibolga Parada Toga Fransriano Siahaan dan Soza Nolo Lase, dua nama yang harus meregang nyawa dan berpulang ke haribaan-Nya.

Bagaimana kronologisnya, tak akan ku paparkan kembali disini.  Buat apa? Karena aku yakin, kalian sudah banyak membaca dari laman berita, terutama digital.  Aku hanya ingin menyampaikan sisi lain dari kehidupan kami yang aku rasa perlu kalian tahu.

Sulit untuk menjadi pegawai pajak.  Tahukah kalian, berapa jumlah dana yang harus kami kumpulkan demi negara Indonesia tercinta ini?  1.360,1T, hanya untuk tahun 2016 saja.  Jujur saja, hingga saat ini aku tidak bisa membayangkan sesungguhnya berapa banyak jumlah uang tersebut.  Dan aku pun masih tak mampu membayangkan, perjuangan macam apa yang menanti kami sepanjang tahun 2016 ini.

Sulit untuk menjadi pegawai pajak.  Ketika di tahun 2015 lalu, mati-matian kami mengumpulkan penerimaan negara, namun nyatanya realisasi hanya tercapai sebesar 81,5%, tidak banyak pujian yang kami terima.  Yang banyak diketahui publik, hanyalah kami tidak becus dalam menjalankan tugas dan kewajiban.  Yang tidak banyak diketahui publik, bahwa penerimaan tahun 2015 yang "hanya terealisasi" sebesar 81,5% tersebut adalah senilai 1.055 T.  Dan taukah kalian, bahwa dana yang hanya sebesar 1.055 T tersebut adalah penerimaan pajak terbesar yang pernah ada?  Sesungguhnya kami patut berbangga, mengingat iklim perekonomian yang sungguh tak bersahabat saat itu, terutama bagi kami pegawai pajak.

Sulit untuk menjadi pegawai pajak.  Ketika kami harus berlaku laksana algojo dan mendatangi para penunggak pajak.  Layaknya dua saudara kami yg terlebih dahulu berpulang.  Berbekal Surat Paksa, perintah untuk membayar utang pajak pun dikeluarkan oleh DJP dan disampaikan kepada penunggak pajak.  Jika isi surat tidak diindahkan, langkah berikutnya yang akan dilakukan adalah penyitaan berdasarkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan.

Mungkin terkesan zolim, tapi tahukan kalian bahwa Surat Paksa tidak akan terbit jika tidak ada tunggakan hutang pajak?  Surat Paksa pun tidak akan terbit tanpa didahului pemberitahuan secara tertulis oleh DJP.  Surat Paksa adalah salah satu sarana paling akhir yang dengan sangat terpaksa harus dikeluarkan oleh DJP.  Proses penerbitan Surat Paksa pun tidak bersifat seketika, melainkan didahului proses panjang berupa alur penagihan pajak yang sayangnya tidak diindahkan penunggak pajak.  Singkatnya, Surat Paksa adalah salah satu langkah akhir yang disediakan oleh DJP agar penunggak pajak dapat kembali menjadi warga negara yang taat membayar pajak.  Coba, kurang baik apa kami, para pegawai pajak.

Sulit untuk menjadi pegawai pajak.  Ketika sejumlah aturan kami susun dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan negara, terkadang aturan tersebut justru banyak mendapat tentangan dari para penghuni negeri.  Terkadang, belum mampu masuk diakal, apa latar pertentangan tersebut.

Benar apa yang dikatakan pemimpin tertinggi instistusi kami, orang pajak tidak akan disenangi.  Tapi inilah kami, dengan segala kelebihan dan kekurangan kami.

Sesungguhnya, kami hanyalah warga negara Indonesia, yang dengan sepenuh hati mendedikasikan hidupnya untuk kemakmuran bangsa.  Mengumpulkan rupiah demi rupiah, agar roda pemerintahan tak menjadi tersendat.

Sebagai sesama warna negara, tak ada salahnya bagi kalian untuk membantu kami.  Sekedar menaati kewajiban sendiri, apalah sulitnya?  Toh pajak yang kami kumpulkan di setiap tahunnya, pada akhirnya akan digunakan untuk kepentingan kalian juga.

Kalian tahu, ada satu lagi yang bisa kalian lakukan untuk membantu kami?  Hentikanlah komentar-komentar negatif yang kalian sematkan dalam berita-berita berpulangnya saudara kami.  Miris rasanya, ketika hidup tak mendapat dukungan, tanpa nyawa pun masih harus menanggung celaan. 

Kalian tahu, saat ini kami tengah berbenah.  Demi perpajakan yang lebih baik.  Kami ingin agar kalian saudaraku, merasakan aman dan nyaman saat membayar pajak.  Kami tak ingin dianggap sebagai perampok, yang hanya bisa merampas harta yang kalian punya, tanpa memberi imbal hasil apa-apa.  Bersabarlah barang sejenak, karena suatu perubahan memang memerlukan waktu.  Tapi percayalah, kami sedang memberikan seluruh kemampuan yang kami bisa.

Teruntuk seluruh pegawai DJP, semangatlah!  Tetap berbangga menjadi petugas pajak. 

Dan akhirnya, ku ucapkan selamat jalan untuk kedua saudaraku Sibolga Parada Toga Fransriano Siahaan dan Soza Nolo Lase.  Semoga amal ibadahnya diterima di sisi Tuhan YME, dan keluarga yang ditinggalkan senantiasa dilimpahi ketabahan.

Salam satu jiwa.

Rabu, 06 Januari 2016

Living the Dreams

It's almost been two years from day one I took this Galaxy bus as a ride to go to work.  This Galaxy bus is the easiest way to reach my office.  And it's kinda cheap considering how  easy it is for me to get in to the bus.

Back at that time, I'm used to have my father driven me to the bus pit stop, eventhough it was like 7 minutes walking from my house.  Well, it wasn't me pushing him to drive me, but himself.  My father is a guy who will take care of everything of my family and make sure that everything is ok and under his control. Just as simple as I get in to the bus safely.

At that time, I wondered, how great it will be if someday I have somebody accompanying me, to take a walk to bus pit stop while holding hand, take a sit beside me while giving his arm to lay on, and take a walk to the office.  It meant, I need to find a man working at the same place with me, get married with him, and live in Galaxy city.

And you know what, all those dreams did come true.

I met someone working at the same place with me, i got married with him, and currently live at Galaxy.  So every weekdays morning, I walk with him to the pit stop while holding hands, have him at the same bus (because sadly he can't stand sitting next to me considering the seat back isn't comfortable for him in the middle of the bus and prefer the last row, yes we've tried), and walk to the office together. 

I'm living my dreams.  Eventhough those dreams were only the simplest dreams, I'm really happy for achieving those.  It's a prove that Allah is very kind and care to us.  All we need to to is do what we have to do according to Allah's guide, obey and disobey things according to Allah's guide, keep praying and trying, and also dreaming.

So, never stop dreaming!