Selasa, 11 Februari 2014

It's 2014 already!


Ya ampun, sudah hampir 2 bulan saya tidak menulis sedikit pun.  Hmm,, bagaimana mau menjadi penulis yang baik, sedangkan untuk menulispun masih mood-moodan.  Masih menjadi sebuah keinginan, bukan sebuah kebutuhan.  Ckck..

Banyak hal yang sudah terlewat selama pertengahan Desember 2013 hingga detik ini.  Banyak cerita penuh  makna yang sudah saya alami.  Memang, tak lantas patut saya tuangkan satu demi satu dalam laman ini.  Namun paling tidak, ada beberapa cerita yang maknanya perlu untuk saya sebar ke penjuru negeri.


Tak lagi Kucing-kucingan

(Pasang wajah sumringah dengan senyum super lebar)

Tanggal 24 Desember merupakan tanggal kramat bagi karir baru saya.  Saya lulus ujian masuk CPNS Kementerian Keuangan, teman-teman J. Namun, saya tak terjaring dalam penerimaan CPNS Kementerian Sekretariat Negara.  Tak mengapa.

Pukul 17.20 WIB, saya sedang berada di CommuterLine dan mengunjungi laman rekrutmen Setneg.  Sesaat setelah membaca pengumuman, hati saya mencelos.  Nama saya tak termasuk diantara 6 orang yang lulus seleksi CPNS LPSK.  Sedih, saat itu sungguh sedih.  Pikiran saya lantas terbang kemana-mana, tak tenang.  “Haduh, gimana kalo aku nggak dapet lagi cpns tahun ini?  Gimana kalo Menkeu nggak dapet?  L.”  Namun, pikiran itu saya buang jauh-jauh.  Saya yakin, Tuhan punya rencana terbaik buat saya.  Dan benar saja.

Pukul 23.05 WIB, saya sedang berada di ruang tamu dan mengunjungi laman rekrutmen Menkeu.  Tampak pengumuman baru tentang daftar peserta lulus rekrutmen.  Tak ingin berlama-lama, saya tekan tombol crtl+f, dan mencari nama saya, lengkap. Sedetik setelahnya, saya baca nama saya ada di urutan ke 171 lulusan prodi Ilmu Hukum.  Sontak saya bersorak, membuat ayah dan ibu saya, yang mungkin sudah terlelap dalam buai mimpi, terjaga dan bergegas keluar kamar.  Mereka memeluk saya, mencium kedua pipi saya, dan menangis.  Haru.

Tuhan tidak membuat saya lulus di kedua rekrutmen, sebab Tuhan tau yang terbaik untuk saya.  Dia langsug memilihkan sesuatu  yang tentu pasti baik bagi saya.  Dan yang pasti, karena saya tidak harus memilih Menkeu dan meninggalkan Setneg, saya tak perlu membayar uang denda sebesar 20jt.  Alhamdulillah..


Menjemput Impian (?/!)

8 Januari 2014, saya dikagetkan dengan kedatangan seseorang yang memang saya nantikan kehadirannya selama beberapa bulan belakangan.  Sebuket mawar ungu ditambah dua lembar kain batik khas Sulawesi menjadi bukti kedatangannya.  Saya kaget, dan gembira.  Namun juga saya takut, takut STT saya kambuh lagi.

Singkat cerita, suatu hari, kami berjalan bersama.  Sengaja kami tak ingin melakukan kegiatan berat, hanya sekedar makan biasa.  Karena sesungguhnya, ada kegiatan berat lain yang harus kami lakukan.  Berbicara.  Ngobrol.  Diskusi.  Tentang apa?  Tentang kami.

Setelah menemukan tempat yang sesuai keinginan kami, kami duduk, makan, dan berbincang.  Tentang apa?  Tentang kami.  Namun, bukan pembicaraan yang saya bayangkan maupun harapkan.  Hanya pembahasan ringan mengenai, bagaimana disana, bagaimana disini.  Hanya itu.  Kosong.  Bukan tentang mimpi kami, maupun bagaimana cara kami menjemput mimpi tersebut.  Tak ada pembicaraan lagi, bahkan hingga detik dia kembali ke tanah seberang. 

Saya, seperti sudah hilang asa tentangnya.  Lambat tapi pasti, akhirnya saya putuskan.  I’m back to square one.  Namun, satu yang pasti.  Saya pasti menjemput impian saya.  Mungkin tidak dengan cara yang saya pikirkan sebelumnya, tapi dengan cara lain.  Bagaimana?  Well, I’ll figure that out how, later.


Ketika siBeat Beralih Tuan

Sudah hampir setengah tahun ibu saya kepayahan ketika harus berbelanja ke pasar.  Sebab, motor yang biasanya beliau gunakan, sudah dikirim ke Purwokerto untuk digunakan oleh adik yang mulai menimba ilmu disana.  Jadi, terpaksa ibu harus ke pasar yang ada di komplek perumahan saja, meskipun tidak lengkap.  Ibu baru bisa ke pasar yang agak besar di hari Sabtu atau Minggu saja, ketika saya sedang tidak menunggangi siBeat ke stasiun kereta.

Saat itu, saya berjanji dalam hati, dalam tahun depan saya akan mengusahakan sebuah motor agar bisa berada dibawah kuasa ibu.  Entah bagaimana caranya.  Apakah harus mencicil, atau beli motor second.  Tak mengapa, selama ibu bisa mengakses pasar dengan mudah.  Dan ternyata doa saya cepat dijabah oleh Yang Kuasa.

Berita yang datang diakhir tahun 2013 (baca= saya lulus CPNS Menkeu), otomatis membuat pola transportasi saya berubah.  Jika sebelumnya setiap hari kerja saya harus menuju Sudirman, kini (mungkin hingga akhir tahun ini, atau kalo bisa seterusnya :p) saya harus menuju Gatsu.  Jika dulu saya harus menggunakan siBeat dan dilanjutkan CommuterLine, kini tak lagi.  Saya cukup duduk manis di dalam bus, yang langsung diberangkatkan dari Komplek Perumahan. 


Dengan demikian, siBeat pun dapat beralih tuan.  Sungguh, Tuhan sungguh sangat Maha Baik.  Dengan cara yang sederhana, saya bisa memenuhi janji saya tersebut.

***

Well, sekian dulu yang bisa saya bagikan hari ini.  Insya Allah, hari-hari kedepan akan saya isi dengan menulis secara teratur.

Akan saya buat menulis sebagai sebuah kebutuhan, tak lagi sekedar keinginan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar