Terlalu! Percuma rasanya saya digembleng selama 2th 8bl di sebuah perusahaan swasta yang mengharuskan saya untuk mampu berkomunikasi dengan baik, bahkan dengan orang-orang yang baru saya "temui" untuk pertama kalinya melalui telepon. Mungkin keahlian itu pernah saya miliki. Tapi itu dulu, ketika saya masih terlatih dan memiliki kesempatan untuk berlatih. Namun tidak kali ini.
Seperti yang pernah saya singgung pada postingan yang lalu, saat ini saya ditempatkan dan bekerja di Dir. Peraturan Perpajakan I, dimana sebelumnya saya melaksanakan kegiatan permagangan di Dir. Transformasi Proses Bisnis. Penempatan tersebut mulai berlaku efektif sejak tanggal 11 Agustus 2014. Walhasil, saya pun kembali memulai menyesuaikan diri terhadap ritme kerja di tempat baru.
Ditempatkan secara definitive berarti saya sudah dipercaya sebagai salah satu pelaku dalam Dir. ini. Yah, ini hanya kiasan yang saya karang sendiri. Mengapa? Sebab saya sudah diperkenankan untuk melakukan hal-hal tertentu yang umumnya dilakukan oleh pihak-pihak yang berhak atas hal-hal tersebut dan mewakili tempat saya bekerja sekarang. Tampak rumit bukan?
Baik, saya berikan contoh. Menerima dan membuat panggilan telepon. Ada apa dengan dunia pertelponan saat ini? Apa ada yang salah dengan telepon itu sehingga cukup membuat saya sehingga mampu merangkai kata dalam postingan saat ini? Jawabnya, tidak ada. Sebab letak kesalahan ada pada diri saya sendiri.
Posisi meja saya yang letaknya paling strategis dengan pesawat telepon membuat saya menugaskan diri sendiri untuk menjadi petugas penerima telepon. Harapannya, agar saya dapat mempertajam memori terhadap nama dan wajah yang selama ini menjadi kelemahan saya. Namun sayang, beberapa kali terjadi, saya lupa menanyakan detail informasi si penelpon sehingga ketika saya akan meneruskan ke pihak yang dituju dan saya ditanya siapa dan dalam rangka apa percakapan telepon akan berlangsung, saya kelabakan dan menjawab, kurang tau. Atau jika masih ada kesempatan, saya akan menanyakan ulang hal-hal tersebut kepada penelpon dan tentunya akan membuat saya terlihat tidak profesional.
Jikapun saya sudah saya tanyakan identitas dan detail keperluannya, terkadang saya terlewat untuk mencatatnya. Sehingga informasi pun menjadi setengah-setengah. Terkadang salah penyebutan nama, atau kurang tepatnya urusan yang hendak dibicarakan.
Puncaknya adalah kejadian di hari yang lalu. Dalam minggu ini, saya dan beberapa rekan kerja akan melakukan kunjungan kerja ke Sulawesi. Untuk itu, saya perlu mengkonfirmasi surat pemberitahuan yang telah kami kirim baik melalui jasa pos maupun via fax. Saya hubungilah petugas tempat tujuan kami kelak, dan disambut dengan sekretaris kepala kantor.
Awalnya, komunikasi berlangsung lancar. Dengan lancar saya bisa menyampaikan maksud dan tujuan saya melakukan percakapan telepon tersebut. Dan saya mendapat kabar bahwa surat melalui fax sudah diterima dengan baik. Hingga sesaat sebelum percakapan saya tutup, terdengarlah ditelinga, kalimat demi kalimat sebagai berikut:
Saya: "Baik mas, terimakasih untuk informasinya. Nanti akan saya sampaikan kepada atasan saya bahwa suratnya sudah diterima melalui fax."
Sekretaris: "Iya, sama-sama mbak."
Saya: "Satu lagi mas. Jika beberapa hari kedepan, ada hal-hal yang perlu kami sampaikan, kami ....... (berpikir keras, sambungan telepon menggantung di udara, hening).... hmmm... kami bisa keep in touch-nya dengan siapa ya?"
Sekretaris: "(Membisu sejenak, sambil mungkin tersenyum-senyum mendengar kata kerja yang barusan saya lontarkan dari mulut saya) Jika ada perlu, mba mbak atau tim dari sana bisa keep in touch dengan saya atau dengan bapak Kepala Kasi Ekstensifikasi."
Saya: "Baik, terimakasih banyak mas. Selamat sore."
Seketika saya tutup gagang telepon, terpekur barang sejenak, sembari mengetuk-ngetuk kepala. "What the hell was I thinking? Keep in touch?? Konfirmasi atuh neeeeeenggggg....." Damn. Ada setidaknya dua kata kerja yang bisa saya gunakan untuk menggantikan istilah keep in touch yang saya gunakan tadi. Konfirmasi, atau Koordinasi. Namun sayangnya, kedua kata kerja tersebut tidak mau muncul dari kepala yang mungkin isinya tidak seberapa ini. Yang saya ingat selama percakapan tersebut berlangsung, adalah kata kerja yang dimulai dengan huruf K, dan meluncurlah keep in touch. Hiksss..
Entah apa yang ada di benak si mas-mas sekretaris. Dan entah bagaimana besok ketika kami berkunjung ke kantornya. Semoga saja dia tidak begitu memperhatikan rumitnya kosa kata saya. Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar