Tiap hari yang kita lalui di dunia, bukannya tanpa
makna. Setiap langkah yang kita tempuh, setiap keputusan yang kita ambil,
tidaklah hanya akan berlalu begitu saja. Pasti ada hikmah dan maknanya.
Meskipun tak lantas kita sadari dalam hitungan detik. Terkadang perlu hitungan hari, bulan, bahkan tahun. Dan semakin hari, semakin saya sadari hal ini.
Seperti hari ini.
Serabi Solo is about to get married!
Bahkan
hal ini pun saya ketahui sebagai buah dari serangkaian kejadian sebelumnya.
Semua
bermula dari proses persiapan berkas untuk pendaftaran salah satu instansi
pemerintahan, sebut saja institusi A. Salah
satu berkas yang dibutuhkan, sertifikat TOEFL, yang kebetulan tidak saya miliki. Kecemasan melanda saya, karena saya ingin
masuk dan bekerja institusi ini, untuk membanggakan orang tua saya. Bahwa saya bisa masuk dan bekerja di institusi pemerintahan hanya bermodalkan diri sendiri. Namun, bagaimana mungkin saya bisa memenangkan
ambisi saya, jika perjuangan saya tak cukup kuat bahkan untuk memenuhi
persyaratan administrasi belaka.
Setelah
sibuk menelpon sana sini, akhirnya saya temukan satu tempat yang bisa saya
ikuti dan hasilnya sudah dapat diambil sebelum tes institusi A dilaksanakan. Singkat cerita, bersama Serabi Solo, yang juga
akan mengikuti tes institusi A, bergegas menuju lokasi untuk mendaftar. Sepanjang perjalanan Sudirman–Bekasi–Sudirman itulah, sebuah kisah manis terungkap.
Serabi Solo: (nyengir lebar, sembari menunjukkan sebuah laman di Androidnya, ‘Depok-Bekasi’) Opo iki nduk?
Aku: (tertegun, tersipu, lantas tertawa) Ahahahaa, liat juga sampean le.
Serabi Solo: Haha, tadinya si aku cuma baca Sedan Perak. Tapi pas aku scroll ke
bawah, loh kok ada Depoknya. Ya udah aku baca. (Tangannya memainkan layar
handphone, menaik-turunkan laman)
Aku: (terbahak) Iya, penuh dedikasi tu aku bikinnya. Abis bbman sama
kamu, langsung mikir kaya gitu aku. Tapi waktu kejadian, kamu nggak
nangis kan le?
Serabi Solo: Dikit lagi aku nangis nduk. Bayangin, waktu itu lagi mudik kan, abis pesawat delay hampir 5 jam, terus nunggu bagasi, trus nelponin kamu nggak bisa-bisa, eh tiba-tiba dapet bbm kaya gitu. Shok. Yang niatnya mau minta temenin sambil pdkt, eh malah disuruh berenti manggil Icha. (tertawa mengenang yang telah lalu)
Aku: Iya, maaf ya. Nggak kepikiran sampe kesitu. Tapi kan ada hikmahnya. Kalo kemaren kamu tetep manggil aku Icha, kamu nggak bakal ketemu mbak Asti. Betul kan?
Serabi Solo: (tertawa) Bener itu.
Serabi Solo: Dikit lagi aku nangis nduk. Bayangin, waktu itu lagi mudik kan, abis pesawat delay hampir 5 jam, terus nunggu bagasi, trus nelponin kamu nggak bisa-bisa, eh tiba-tiba dapet bbm kaya gitu. Shok. Yang niatnya mau minta temenin sambil pdkt, eh malah disuruh berenti manggil Icha. (tertawa mengenang yang telah lalu)
Aku: Iya, maaf ya. Nggak kepikiran sampe kesitu. Tapi kan ada hikmahnya. Kalo kemaren kamu tetep manggil aku Icha, kamu nggak bakal ketemu mbak Asti. Betul kan?
Serabi Solo: (tertawa) Bener itu.
Aku: (ikut
tertawa, sembari duduk gelisah) Jadi
gimana sama si mbaknya? Udah sampe mana
rencananya? Kapan mau merid le?
Serabi Solo:
Insya Allah, akhir tahun ini (tersenyum super sumringah)
Aku: Whatt????
Lee, aku belum siap leee!! (merajuk, merengut, kemudian tertawa)
Serabi Solo:
(tergelak) Lah, aku yang mau
mantenan, kok kamu yang sibuk nggak siap.
Aku kan mantennya bukan sama kamu.
Aku: Hahaha,
iya sih, emang bukan sama aku. Waktu nikahan
Jagoan Gading aku juga bilang gitu, Aku
belum siapp!!! Belum siap pasangannya maksudnya (tertawa)
Serabi Solo: Ya
kamu siap nggak siap, ya aku tetap manten.
Aku: Eh kamu
belum pernah cerita ke aku, gimana ketemu sama mbak Asti.
Serabi Solo: Kita
juga kenalnya nggak sengaja kok. Dia itu
kenalannya sepupuku. Awalnya dia minta sepupuku
jadi Pagar Bagus, nemenin dia yang jadi Pagar Ayu. Tapi karena sepupuku nggak bisa, jadinya aku
yang gantiin. Abis itu, aku yang gantian minta temenin dia ke nikahan Penghuni Tebet. Kamu kan masih galak tu waktu itu, sekitar
bulan September apa Oktober tu. Ya udah,
kita lanjut dari situ.
Aku: Berarti
bener ya, sikap aku kemaren. Coba kalo
kamu tetep manggil Icha, kita tetep dateng ke nikahan Penghuni Tebet, pasti nggak
gini kisah cintamu sama mbak Asti. Wow,
I’m happy for you two, guys.
Serabi Solo:
(tersenyum, mengangguk, tersipu)
Itu benar. Saya benar-benar gembira mendengar berita
itu. Karena jujur saja, saya sedikit takut tatkala Serabi Solo kembali memanggil saya Icha. Bahkan sempat terlintas di pikiran saya, panggilan tersebut muncul karena Serabi Solo sedang menghadapi permasalahan dengan mbak Asti.
Namun ternyata tidak. Syukurlah.
Namun ternyata tidak. Syukurlah.
Sungguh
jalan cerita hidup tak ada satupun yang tahu.
Cerita yang satu dapat terhubung dengan cerita yang lain.
Andaikan
siang itu kami tidak meributkan sertifikat TOEFL, saya tidak akan tahu jika “Depok-Bekasi”
sudah menjalankan tugasnya dengan baik.
Jika
dia tidak meminta izin untuk memanggil saya Icha lagi, mungkin saya tidak akan
terpikir untuk menciptakan “Depok-Bekasi”.
Jika
dia tidak meminta izin untuk memanggil saya Icha lagi, mungkin itu artinya dia
tidak pernah berhenti memanggil saya Icha.
Jika
dia tidak pernah berhenti memanggil saya Icha, mungkin dia tidak akan pernah
bertemu dengan mbak Asti.
Tapi
kenyataannya tidak.
Dia
tak lagi memanggil saya Icha, tak lama setelah saya memintanya.
Kami
tidak pernah datang ke pernikahan Penghuni Tebet bersama-sama.
Dia
meminta izin saya terlebih dahulu untuk kembali memanggil saya Icha.
Dan yang paling utama, saya menciptakan "Depok-Bekasi".
Dan yang paling utama, saya menciptakan "Depok-Bekasi".
Hidup itu benar-benar sebuah misteri. Misteri indah yang oleh manusia, yang sebetulnya sungguh sangat beruntung, hanya perlu dijalani dan dinikmati. Tanpa perlu diiringi kecemasan berlebihan.
-Sudirman-Bekasi-Sudirman, 17 September 2013-
*edited on Jan.12, 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar