Senin, 12 Mei 2014

'Kelas Inspirasi'



Sekarang, Bapak ada ide.  Gimana kalo siang ini kita adakan Kelas Inspirasi Spesial, kita minta teman-teman Bapak ini untuk menyampaikan pekerjaan yang sedang mereka geluti saat ini.”

Dengan santainya, Pak Guru melontarkan pernyataan tersebut.  Pernyataan yang langsung disambut tepuk tangan persetujuan dari adik-adik SD.  Pernyataan yang langsung disambut dengan mata terbelalak dari kami, ‘teman-teman Pak Guru’.

Alkisah hari Sabtu lalu, aku dan 4 orang sahabat karib, mengunjungi adik-adik sahabat penaku, murid-murid SDN 3 Rambang Kelas Jauh.  Merekalah yang sempat termuat dalam Lentera Indonesia.  Bersama dengan si Kodok Merah, Ketua DA, Tuan Tanah, dan Kribo tapi Botak, ditemani dengan Pak Guru, kami berkelana dari kota Prabumulih menuju Talang Tebat Rawas, Rambang, Muara Enim.  Perjalanan kami tempuh dengan menggunakan doble cabin car milik si Kodok Merah selama kurang lebih satu jam.

Sebetulnya, tujuan awalku hanyalah ingin berkunjung, bermain, bercengkrama, serta memberikan bingkisan kecil untuk adik-adik sahabat penaku.  Hal inilah yang aku sampaikan kepada Pak Guru.  Maka, sesampainya kami di SD, di sebuah ruang kelas, kami pun berkenalan sekedarnya di hadapan murid-murid.



Tak dinyana, setelah acara perkenalan berakhir, Pak Guru melontarkan ‘ide gila’nya untuk mengadakan Kelas Inspirasi.  Sebetulnya, untuk menggelar sebuah Kelas Inpirasi, khususnya untuk menjadi Inpsirator, dibutuhkan persiapan.  Persiapan alat dan bahan peraga, dan terutama mental.  Tidak seperti saat itu, hanya 5 menit berselang sebelum Inspirator pertama maju dan unjuk gigi, menerangkan apa pekerjaan yang sedang digelutinya.  Dan orang itu aku.

Karena aku sudah beberapa kali berkirim surat kepada adik-adik, maka aku mengajukan diri sebagai Inspirator pertama.  Sulit, sungguh sulit, ketika aku harus menjelaskan dunia perpajakan kepada anak-anak usia 6-12 tahun, yang tinggal di pelosok, yang tentu tidak mengerti pajak itu apa.  Akhirnya, berbekal kemampuan menggambar seadanya, aku jelaskan pajak dengan ilustrasi.  Bahwa pajak itu adalah uang yang diberikan rakyat, dikumpulkan oleh Dirjen Pajak, dan uangnya akan digunakan untuk pembangunan sekolah, jalan, jembatan, dll.  Penjelasanku ini ditambah oleh Kribo tapi Botak, yang kebetulan juga bekerja di BPPK Kementerian Keuangan.






Inpirator yang kedua, Ketua DA.  Beliau bekerja di PT. Indonesia Power.  Sebagai pegawai yang sudah sering mengikuti motivation building, Ketua DA pun membuka pertemuan kali itu dengan ceria.  Permainan Hap-Blum-Cikicikicik pun sukses membuat adik-adik SD menjadi lebih terbuka dari sebelumnya.  Ketua DA pun tak kesulitan dalam menyampaikan materi tentang bagaimana cara menghasilkan aliran listrik yang berasal dari panas bumi hingga mengalir ke rumah-rumah adik-adik semua.



Inspirator ketiga, Tuan Tanah.  Sahabatku yang satu ini bekerja di PT. Pupuk Sriwijaya. Penjelasannya dimulai dari Pohon Karet yang harus mencari makan di dalam tanah melalui akarnya, tanah yang mulai kehabisan sumber makanannya sehingga dibutuhkan makanan tambahan, yaitu pupuk.  Kemudian Tuan Tanah menjelaskan mekanisme pembuatan pupuk, hingga akhirnya, makanan tambahan tersebut dapat dimakan oleh akar pohon karet.




Inspirator terakhir, si Kodok Merah.  Awalnya, sahabatku ini sudah merasa aman karena dia menjadi fotografer sore itu, sama seperti saat Kelas Inspirasi Palembang digelar.  Pak Guru juga tidak menyinggung dirinya menjadi seorang Inspirator.  Baru ketika Tuan Tanah selesai memaparkan pekerjaannya, Pak Guru mengundang si Kodok Merah untuk maju ke depan kelas dan menginpirasi.  Meskipun dapat ku lihat tangannya bergetar menahan grogi, langkahnya ke depan kelas terlihat mantap.  Si Kodok Merah pun menjelaskan mengenai pekerjaannya di sebuah perusahaan penghasil gas, PT. Perta Samtan Gas.  Cara si Kodok Merah mengilustrasikan pekerjaan di tempatnya bekerja, merupakan ilustrasi kesukaanku. Dengan cerdas, dia menggambarkan bahwa perusahaannya bertugas untuk menghimpun gas bumi, untuk kemudian dipilah-pilah menurut jenisnya, termasuk gas  untuk memasak.  Nah, kemudian gas-gas yang sudah dipisahkan itu ditampung kedalam sebuah tabung raksasa, lalu ditempatkan ke tabung kecil-kecil untuk dipasarkan.




Setelah kami semua selesai menjelaskan, Pak Guru pun menutup Kelas Inspirasi Spesial sore itu.  Bahwa adik-adik pun dapat menggapai cita-cita mereka, atau mungkin memiliki profesi seperti kami.  Asalkan tak putus belajar, berusaha dan berdoa.  Karena ketiga itulah kunci sebuah kesuksesan, sebagaimana motivation words yang terhias di dinding kelas.  Tak lupa, kami pun membagikan bingkisan yang sudah kami bawa dari Prabumulih untuk adik-adik disana.

Sesungguhnya, kegiatan sore itu bukanlah Kelas Inspirasi pada umumnya, yang dipaparkan oleh Profesional, kepada adik-adik generasi Penerus Bangsa.  Kegiatan sore itu adalah kelas inspirasi yang digelar oleh sahabat-sahabatku dan ditujukan untukku, yang membuat hatiku tergelitik atas kebesaran nilai yang dimiliki oleh sahabat-sahabatku.  Betapa sesungguhnya aku selama ini tidak menyadari, betapa hebat pencapaian yang sudah kami miliki selama ini.  Memang, sejak terakhir kami menimba ilmu bersama di bangku sekolah menengah atas, banyak hari-hari yang telah kami habiskan bersama.  Namun, hari-hari tersebut banyak kami habiskan dalam kegembiraan, berbagi keberuntungan untuk satu sama lain. 

Sesungguhnya, ketika kamu melihat seseorang yang sudah biasa kamu lihat, tidak dalam sudut pandang yang biasanya, maka kamu akan melihat sisi yang berbeda darinya.  Dan itulah yang aku rasakan Sabtu yang lalu.

Terimakasih si Kodok Merah, Tuan Tanah, Ketua DA, dan Kribo tapi Botak, para inspiratorku!

Terimakasih pula untuk Pak Guru, yang dengan segala 'spontanitas'nya, telah menjerumuskan kami ke dalam pengalaman baru, yang ternyata tidak semenyeramkan pemikiran pertama kami.


Bersama adik-adik, para inspirator (tanpa Tuan Tanah yang ambil foto) dan Pak Guru





Tidak ada komentar:

Posting Komentar