Rabu, 27 November 2013.
“Anda bersedia dan siap jika
ditempatkan di seluruh Indonesia?”
Pertanyaan keramat itu selalu terngiang di benak saya, jauh sebelum
saya bertemu dengan dua orang wanita paruh baya yang sedang duduk di hadapan
saya saat ini. Sebuah pertanyaan yang
sebenarnya cukup sederhana, tapi memiliki efek cukup besar bagi kelanjutan
keberuntungan saya dalam rangkaian tes selanjutnya.
Setelah mengulur waktu barang sedetik dua detik, akhirnya saya menjawab,
sembari tersenyum.
“Jika ditanya bersedia atau tidak,
tentu saja saya bersedia di tempatkan di seluruh Indonesia, Bu. Kebetulan, saya juga sudah dididik sedari
kecil untuk dapat hidup dan beradaptasi di negeri ini, dimanapun saya berada. Namun, untuk masalah kesiapan, pastinya saat
ini belum siap 100%. Tapi dapat saya
pastikan, kesiapan secara penuh akan saya berikan jika saat itu tiba.”
Saya rasa, itulah jawaban terbaik yang bisa saya berikan ketika itu. Dan ternyata, saya cukup beruntung dapat
lolos dengan jawaban itu.
***
Jumat, 28 Maret 2014.
Pelaku 1
|
:
|
“Sampai kapan ya guys, Jumat
keramat ini akan berlangsung...”
|
Pelaku 2
|
:
|
“Kenapa, kenapa, ada apa?”
|
Pelaku 1
|
:
|
“Biasa, ada SK baru. Si Alpha dan si Bravo dapet penempatan yang
lumayan jauh, yang jelas keluar dari ibukota.”
|
Stabilokuning512
|
:
|
“Lah, bukannya mereka belum
ujian ya? Kok udah penempatan aja?”
|
Pelaku 4
|
:
|
“Karena angkatan mereka ndak perlu
pake diklat, makanya mereka langsung penempatan. Nanti ujiannya, ya di tempat yang baru.”
|
Pelaku 5
|
:
|
“Ya ampun, gimana nasib kita
nanti?”
|
Pelaku 6
|
:
|
“Usaha yang maksimal waktu
diklat, supaya nilainya bagus, masuk 10 besar, trus bisa dapet penempatan
yang baik.”
|
Pelaku 7
|
:
|
“Iya, baik-baik selama magang
plus OJT disini, syukur-syukur bisa ditarik ato direkomendasiin buat
penempatan disini.”
|
Pelaku 8
|
:
|
“Sama jangan lupa berdoa, doa
untuk diri sendiri dan satu sama lain.”
|
Pelaku 9
|
:
|
“Semoga dikasih yang terbaik
sama yang Kuasa.”
|
All
|
:
|
“Aamiin.”
|
***
Itulah sepenggal kisah galau yang tengah kami alami saat ini. Kisah galau, yang saya rasa sih, sudah mulai
membayangi langkah kami, kurang lebih sejak tanggal 27 November 2013
silam. Kisah galau yang banyak
membuahkan perandaian. Kisah galau yang pastinya
tak berkesudahan sampai saat itu tiba.
Pertanyaannya, saat seperti apa dan kapan?
Saat SK itu tiba? Tidak. Sebab saat SK itu tiba, masih ada dua
kemungkinan baru dari kisah galau tersebut.
Antara kisah galau yang menjadi nyata, atau sekedar kenyataan yang tertunda. Dan kisah galau itu akan kembali terulang,
saat terbitnya SK-SK berikutnya. Terus
menerus, berulang tanpa henti. Yap,
tanpa henti.
Bahkan bisa dibilang, bobot kisah galau itu sendiri dapat bertambah seiring berjalannya waktu. Ketambahan pendamping hidup, serta momongan. Meskipun kadar kedewasaan kami ketika menghadapi kisah galau macam itu, pastinya turut bertambah pula.
Seyogyanya, kisah galau itu akan berhenti, saat kami sudah melewati garis FINISH. Dengan cara apapun. Entah itu pensiun, pensiun dini, atau harus
mengakhiri perjalanan karir di tempat ini.
Saat itulah, tidak ada lagi kisah galau yang terus merong-rong dan menghantui langkah kaki kami.
Namun kawan, satu hal yang pasti.
Sebagaimana tertuang dalam percakapan diatas, hal-hal itu lah yang saat
ini dapat kita lakukan. Berusaha dan
berdoa dengan optimal. Dan tak lupa,
menyerahkan semua keputusan pada Yang Kuasa.
Karena pasti, itulah takdir Yang memang harus kita jalani di akhir hari, terlepas bagaimana pembawaan masing-masing diri.
Selain itu, kisah galau ini adalah sebuah konsekuensi yang harus kita
tanggung atas setiap jawaban yang sudah kita berikan atas pertanyaan keramat
diatas. Komitmen atas satu bentuk
jawaban yang sama, yang telah terlontar dari mulut kita, terlepas dari variasi maupun
bermacam versi yang kita berikan. Mari
kita menjadi manusia terhormat, yang selalu memenuhi setiap kata yang telah
terucap.
![]() |
| Cakti Buddhi Bhakti |

Tidak ada komentar:
Posting Komentar