Seperti yang kita tahu, pertengahan semester dua tahun 2013 ini, sejumlah Kementerian Negara serta beberapa Lembaga Tinggi Negara kembali melakukan Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil. Tentunya, hal ini merupakan hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh banyak orang, saya salah satu diantaranya. Meskipun saat ini saya masih bekerja di sebuah Perusahaan Swasta, tapi berita ini cukup menggiurkan dan cukup menyita perhatian saya untuk turut serta dan ikut andil di dalamnya.
Setelah mengunjungi beragam situs Kementerian, pilihan saya jatuh pada dua tempat, yaitu Kementerian Keuangan dan Kementerian Sekretariat Negara, lebih spesifik di lingkungan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Alasannya? Sederhana. Karena jumlah formasi yang dibutuhkan di Menkeu cukup besar, 429 Ilmu Hukum; sedangkan untuk LPSK membutuhkan 6 orang Analis Hukum. Selain itu, kedua Kementerian tersebut tidak terlalu mempersulit peserta dengan beragam persyaratan administrasi yang rumit. Serta tahapan tesnya pun cukup singkat. Berbekal pengetahuan dan pengalaman seadanya, serta doa dari orang tua saya, saya mendaftarkan diri di kedua Penerimaan tersebut.
Tahap pertama, melakukan pendaftaran secara online. Apa yang diisi? Secara umum, sudah dijelaskan oleh panitia penerimaan di masing-masing website. Saya hanya perlu menyiapkan beberapa scan dokumen seperti Ijazah, Transkrip Nilai, KTP dan pas foto terbaru. Perlu diperhatikan ukuran dari masing-masing file. Biasanya ukuran file berkisar pada ukuran ratusan kb. Khusus untuk Setneg/LPSK, mereka menentukan secara khusus warna latar belakang pas foto. Untuk penerimaan tahun 2013, warna merah yang mereka pilih.
Alhamdulilah, saya lulus administrasi online.
Setelah pendaftaran online, tahap berikutnya adalah Tes Kompetensi Dasar. Tahun 2013 adalah tahun pertama dimana jenis tes ini diadakan. Intinya, kita diminta menjawab 150 soal yang terdiri dari Tes Wawasan Kebangsaan (TWK), Tes Intelensi Umum (TIU) dan Tes Karakteristik Pribadi (TKD). Saya lupa rinciannya berapa (sekarang saya lagi di kantor, nyuri-nyuri jam kosong buat ngeblog, contekannya ketinggalan di rumah :p), tapi yang jelas total skor kalo bener semua 500 (confirm nilainya 500).
Tesnya canggih, menggunakan Komputer (namanya Computer Assisted Test). Jadi, nanti kita duduk di kursi yang telah ditentukan, login dengan menggunakan Nomor KTP dan Nomor Peserta Tes. Trus, langsung deh ngerjain soal selama hmmm,, 100 menit kalo nggak salah. Di layar komputer, akan muncul pertanyaan dan pilihan jawaban. Jangan lupa, untuk menyimpan setiap jawaban yang kita pilih di tiap nomernya. Takutnya nanti lupa, trus malah nggak keitung udah diisi. Kalo kamu udah yakin sama jawaban kamu, sebelum 100 menit berakhir kamu bisa langsung "Close" tesnya. Musti yakin, soalnya begitu kamu Close, kamu nggak bisa lagi relogin, dan nilai kamu bakal langsung muncul dan bersifat FINAL. Bagaimana jika kamu keasikan ngerjain tes dan tiba-tiba waktunya habis dan tes kamu ke-"Close"? Jangan khawatir. Sistem akan langsung otomatis menyimpan jawaban kamu, dan nilai kamu pun langsung muncul.
Dari 3 jenis tes itu, menurut saya yang paling sulit adalah Tes Wawasan Kebangsaan. Kenapa? Karena kita harus bisa memanggil kembali ingatan kita tentang PPKN / Kewarganegaraan, serta Sejarah yang kita pelajari sejak bangku SMP sampe SMA. Bahkan mungkin dari bangku SD. Tes CAT yang pertama saya jalani adalah tes Menkeu, bertempat di Balai Diklat Pajak, Slipi. Sesaat setelah login dan membaca soal, saya meringis. Saya tak tahu, siapakah yang menjadi Gubernur Pertama Provinsi Sulawesi sesaat setelah Indonesia merdeka. Tebak-tebak buah manggis, asal nebak tapi berbuah manis, saya pilih Sam Ratulangi. Logika saya, bandara di Manado namanya Sam Ratulangi, pasti besar kemungkinan beliau pernah menjabat sebagai Gubernur Provinsi Sulawesi. Hasil akhir, nilai saya, 311. Mepet di TWK, benar-benar ambang minimal jawaban tepat, yaitu harus 40% dari total pertanyaan. Tapi alhamdulillah, masih bisa lanjut ke tahap berikutnya.
Tak mau terjatuh kedalam rasa gelisah yang sama, saya mencoba untuk meningkatkan wawasan kebangsaan saya, dengan cara meminjam buku pelajaran SMA kelas 2 milik adik saya. Tapi, namanya juga belajar kebut-kebutan, isinya nggak ada yang nyantel sama sekali. Walhasil, tes LPSK, nilai saya cuma naik beberapa point, 32-an. Tapi masih untung, dari 300 orang yang lolos dan boleh ikutan Tes Kompetensi Dasar, saya termasuk dalam 18 orang yang berhak maju ke babak berikutnya.
Nah, tes tahap berikutnya, terdapat perbedaan antara Menkeu dan LPSK.
Kalo di Menkeu, tahap berikutnya adalah Psikotes Lanjutan. Tes berlangsung cukup lama, sejak pagi kira-kira pukul 9 hingga pukul 3 sore. Di Psikotes Lanjutan ini, saya diminta mengisi Formulir Data Diri, menggambarkan kelebihan dan kekurangan diri, prestasi yang membanggakan dan kekecewaan yang paling dirasakan selama 2 tahun terakhir, disuruh mengerjakan psikotes yang tipenya berbeda-beda, dan dibatasi waktu. Ada yang tipe disuruh mengingat, menghitung cepat, mencari persamaan/perbedaan, kelanjutan bangun ruang, dan beragam tes lainnya. Setelah itu, lanjut menggambar Pohon, Orang, melanjutkan menggambar sebuah bentuk (itu lo, yang ada 8 kotak), dan yang paling akhir, kolom koran (saya kurang tahu nama apa nama pasti untuk masing-masing tes itu, mungkin teman-teman dari Psikologi bisa bantu kasih nama tesnya). Capek, tapi sepadan. Saya lanjut ke tes tahap berikutnya.
Sedangkan di LSPK, setelah TKD, langsung tes akhir, yaitu Bahasa Inggris dan Wawancara. Untungnya pelaksanaan tes dilakukan di hari yang berbeda. Tes Bahasa Inggris adalah Tes TOEFL ITP, panitia dari LPSK kerjasama dengan LIA Pramuka. Tesnya di Gedung Krida Bhakti, seperti auditorium. Disana sudah disusun oleh Panitia kursi dengan nomor ujian. Begitu sampe di lokasi, kami (peserta) cukup dibuat bingung karena harus mencari nama di kursi masing-masing. Saran saya, dengerin instruksi panitia atau langsung tanya sama petugasnya. Selain itu, yang nggak kuat dingin, bisa bawa jaket yang agak tebal. Ruangannya cukup dingin.
Terus lanjut lagi tes Wawancara. Tes wawancara dilakukan sesuai dengan jadwal dari Panitia, dari pagi sampai dengan selesai. Bertempat di Gedung I Sekretariat Negara, wawancara langsung dilakukan oleh User, yaitu Pejabat eselon I/II. Waktu saya kemarin, saya diwawancara oleh 2 orang, keduanya laki-laki, ditemani satu notulen. Yang ditanya, seputar informasi diri yang kita cantumin di Formulir Pendaftaran online. Terus ditanya seputar subtansi LPSK, sama motivasi masuk LPSK apa. Dan satu pertanyaan yang tak saya duga, siap tau tidak ditempatkan di luar Jawa. Nggak begitu lama, sekitar 20 menit, tes selesai, dan saya diperbolehkan pulang.
Nah, tes LPSK sudah selesai sampai disitu, dan sekarang tinggal nunggu pengumuman akhir, yang menurut jadwal akan dikeluarkan di minggu kedua bulan Desember.
Masih ingat dengan tes Menkeu? Terakhir tadi adalah Psikotes. Lulus dari Psikotes, saya menjalani tes wawancara, yang dirangkai dengan Tes Kesehatan dan Kebugaran. Sama seperti tes LPSK, pelaksanaan kedua jenis tes tersebut dilakukan dihari yang berbeda.
Wawancara dilakukan dalam beberapa sesi, dan saya menjalani wawancara Sesi IV, pukul 15.20 s.d. selesai. Berlokasi di Direktorat Jenderal Pajak, saya bersama 19 orang lainnya (total satu sesi 20 orang), melakukan wawancara substansi secara serempak. Sebelum masuk ke ruangan, kami dibariskan menjadi 2 banjar, mulai dari nomor urut 1-10, 11-20. Dengan membawa Daftar Riwayat Hidup yang telah dipersiapkan sebelumnya di rumah sebanyak 2 rangkap, serta Formulir lain yang disediakan oleh panitia, kami masuk dan menempati bilik-bilik sesuai dengan nomor kedatangan kami.
Saya menempati bilik the lucky number 13. Pewawancaranya baik, ibu Yovita dan ibu Ani (insya Allah, saya nggak salah nama). Mereka bertanya seputar Formulir yang saya isi sebelumnya, yang pada pokoknya menanyakan pencapaian terbesar dan kegagalan terbesar yang saya raih selama 2 tahun terakhir. Ini tugasnya bu Yovita. Sedangkan ibu Ani, beliau bertanya berdasarkan daftar pertanyaan yang sudah beliau pegang. Dengan kata lain, mereka telah memiliki standar pertanyaan. Daftar Riwayat Hidup hanyalah tambahan informasi bagi mereka, bukan merupakan sumber utama pertanyaan. Pertanyaan yang dimunculkan, seputar dunia pekerjaan, kuliah, kesuksesan apa yang paling berkesan buat saya, konflik di dalam pekerjaan, manajemen pekerjaan, dan pertanyaan-pertanyaan lain seputar pekerjaan (karena kebetulan saya masih bekerja). Saat wawancara hampir berakhir, beliau akan meminta kita untuk mengisi Surat Pernyataan bersedia untuk ditempatkan diseluruh Indonesia. Dan hal ini dikonfirmasi ulang sama beliau. Kalo saya, sambil tersenyum saya menjawab, saya bersedia untuk ditempatkan di seluruh Indonesia. Mengenai masalah kesiapan, pastinya saat itu juga belum siap 100%, tapi kesiapan itu bisa dipupuk seiring dengan sifat profesionalisme saya. Terakhir, beliau akan meminta kita untuk mendeskripsikan diri kita selama 1 menit, dengan segala kelebihan dan kekurangan yang kita miliki. Setelah setengah jam (mungkin lebih), saya keluar dari bilik wawancara.
Berikutnya, tes kesehatan dan kebugaran. Jadwal saya, pelaksanaannya dua hari setelah wawancara, berlokasi di Diklat Bea Cukai, Rawamangun. Tes kesehatannya si biasa, standar. Tinggi badan, berat badan, detak jantung, tekanan darah, mata, sama mungkin perut diraba-raba dikit sama ibu Dokter. Nah, tes kebugaran ini yang berat. Berdasarkan pengumuman tahap kesehatan kebugaran, saya tahu bahwa nanti kami akan disuruh berlari selama 12 menit, dilanjutkan dengan suttle run (lari angka 8). Saya, yang paling males namanya olahraga, tentu gentar. Sehingga setelah pengumuman, saya langsung latihan lari di treadmil. Lumayan, bisa lari nonstop 15 menit, walau jaraknya nggak jauh-jauh banget. Jadinya, saya pede pas mau lari. Eh ternyata, pas giliran kelompok saya lari (kita ber10, 4 cewek 6 cowok), matahari sudah hampir dipuncak kepala, jam sudah menunjuk pukul 10.35 WIB. Dan kami harus berlari mengelilingi lapangan bola di stadion Bea Cukai, Rawamangun. 5 menit berlari, saya nggak sanggup. Saya jalan, terus lari, terus jalan, terus lari, terus jalan, dan akhirnya saya paksakan berlari hingga pluit tanda 12 menit telah berakhir. Saya bersyukur, sekaligus sedih. Bersyukur karena siksaan tersebut berakhir, sedih karena saya nggak bisa lari nonstop seperti yang saya targetin.
Kemudian, setelah rehat sebentar, kami lari membentuk angka 8. Panitia sudah menyediakan 2 lintasan, masing-masing berjarak sekitar 7-10 meter, dengan dua buah bendera sebagai patokan untuk berputar. Setelah briefing, dan standar waktu dari Panitia (19.8detik kalo nggak salah), kami berlari bergiliran. Yah, lumayanlah. Nggak pake tergelincir, cuma nggak tau waktunya berapa.
Demikianlah pengalaman saya, main kucing-kucingan. Loh, kucing-kucingan?
Soalnya, selama pelaksanaan rangkaian tes tersebut, saya maen kucing-kucingan sama orang kantor.
Registrasi ulang LPSK: saya izin setengah hari.
TKD LPSK: saya izin setengah hari.
Tes TOEFL LPSK: saya izin setangah hari.
Tes Wawancara LPSK: saya izin setengah hari.
Registrasi ulang Menkeu: saya izin setengah hari.
TKD Menkeu: saya izin setengah hari.
Tes Psikotes Lanjutan Menkeu: saya cuti.
Tes Wawancara Menkeu: saya izin setengah hari.
Tes Kesehatan Kebugaran Menkeu: saya cuti.
Kenapa dari 7 kali tes, saya cuma cuti dua hari? Pertama, karena cuti saya udah lumayan banyak yang saya pake. Entah buat liburan, atau ikutan tes Bank Indonesia (disini saya cuma sampe tahap Psikotes Lanjutan sama FGD doang). Kedua, lebih efisien. Kalo cuma izin setengah hari kan, itungannya tetep ngantor, jadi nggak dipotong cuti ato potong gaji (kalo cutinya udah abis).
Yang sulit adalah, ketika harus mengajukan Leaving Desk Form ke pak Bos. Mulai dari alasan sakit, kereta terlambat, kesiangan bangun, nganter ibu medical check up, sampe ke alasan sakit lagi. Pak Bos mungkin udah mulai curiga ya, tapi beliau si nggak pernah nanya apa-apa. Pokoknya, sejauh ini aman dan nyaman.
Well, demikian pengalaman saya kucing-kucingan selama beberapa bulan terakhir. Sekarang, sudah lewat pukul 6 sore. Saya sedang menanti pengumuman Menkeu, yang dijadwalkan muncul besok, tanggal 4 Desember 2013. Sedangkan untuk LPSK, di minggu kedua bulan Desember. Semoga saja, apa yang saya dapatkan akan sesuai dengan apa yang saya inginkan. Jika memang tidak, semoga saya bisa dengan legowo menerima apa yang saya dapatkan tersebut. Karena pada dasarnya, apa yang saya dapatkan adalah kombinasi dari semua pengorbanan yang sudah saya berikan (terlepas cukup atau tidak cukup), serta suratan dari Yang Kuasa. Yang tentunya, adalah sesuatu yang sudah pasti saya butuhkan.
Doakan saya ya teman!
Note: sekarang tanggal 4 Desember 2013, ada pengumuman dari Menkeu, P-16. Perut saya sudah mencelos, mules-mules. Eh ternyata, penundaan pengumuman akhir. :p Jadinya masih bisa berdoa lebih kenceng lagi dari yang sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar