Kamis, 14 April 2016

Serupa Jiwa dan Raga

Wahai saudaraku se-Indonesia, akan ku ceritakan sebuah rahasia kepada kalian.

Jadi pegawai pajak itu sulit.  Harus berkorban segalanya.  Serupa jiwa dan raga. 

Iya, jiwa dan raga.

Tentu kalian semua sudah mendengar berita duka itu.  Selasa petang tanggal 12 April lalu, dua orang pegawai Direktorat Jenderal Pajak telah berpulang ke Tuhan YME.  Adalah Sibolga Parada Toga Fransriano Siahaan dan Soza Nolo Lase, dua nama yang harus meregang nyawa dan berpulang ke haribaan-Nya.

Bagaimana kronologisnya, tak akan ku paparkan kembali disini.  Buat apa? Karena aku yakin, kalian sudah banyak membaca dari laman berita, terutama digital.  Aku hanya ingin menyampaikan sisi lain dari kehidupan kami yang aku rasa perlu kalian tahu.

Sulit untuk menjadi pegawai pajak.  Tahukah kalian, berapa jumlah dana yang harus kami kumpulkan demi negara Indonesia tercinta ini?  1.360,1T, hanya untuk tahun 2016 saja.  Jujur saja, hingga saat ini aku tidak bisa membayangkan sesungguhnya berapa banyak jumlah uang tersebut.  Dan aku pun masih tak mampu membayangkan, perjuangan macam apa yang menanti kami sepanjang tahun 2016 ini.

Sulit untuk menjadi pegawai pajak.  Ketika di tahun 2015 lalu, mati-matian kami mengumpulkan penerimaan negara, namun nyatanya realisasi hanya tercapai sebesar 81,5%, tidak banyak pujian yang kami terima.  Yang banyak diketahui publik, hanyalah kami tidak becus dalam menjalankan tugas dan kewajiban.  Yang tidak banyak diketahui publik, bahwa penerimaan tahun 2015 yang "hanya terealisasi" sebesar 81,5% tersebut adalah senilai 1.055 T.  Dan taukah kalian, bahwa dana yang hanya sebesar 1.055 T tersebut adalah penerimaan pajak terbesar yang pernah ada?  Sesungguhnya kami patut berbangga, mengingat iklim perekonomian yang sungguh tak bersahabat saat itu, terutama bagi kami pegawai pajak.

Sulit untuk menjadi pegawai pajak.  Ketika kami harus berlaku laksana algojo dan mendatangi para penunggak pajak.  Layaknya dua saudara kami yg terlebih dahulu berpulang.  Berbekal Surat Paksa, perintah untuk membayar utang pajak pun dikeluarkan oleh DJP dan disampaikan kepada penunggak pajak.  Jika isi surat tidak diindahkan, langkah berikutnya yang akan dilakukan adalah penyitaan berdasarkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan.

Mungkin terkesan zolim, tapi tahukan kalian bahwa Surat Paksa tidak akan terbit jika tidak ada tunggakan hutang pajak?  Surat Paksa pun tidak akan terbit tanpa didahului pemberitahuan secara tertulis oleh DJP.  Surat Paksa adalah salah satu sarana paling akhir yang dengan sangat terpaksa harus dikeluarkan oleh DJP.  Proses penerbitan Surat Paksa pun tidak bersifat seketika, melainkan didahului proses panjang berupa alur penagihan pajak yang sayangnya tidak diindahkan penunggak pajak.  Singkatnya, Surat Paksa adalah salah satu langkah akhir yang disediakan oleh DJP agar penunggak pajak dapat kembali menjadi warga negara yang taat membayar pajak.  Coba, kurang baik apa kami, para pegawai pajak.

Sulit untuk menjadi pegawai pajak.  Ketika sejumlah aturan kami susun dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan negara, terkadang aturan tersebut justru banyak mendapat tentangan dari para penghuni negeri.  Terkadang, belum mampu masuk diakal, apa latar pertentangan tersebut.

Benar apa yang dikatakan pemimpin tertinggi instistusi kami, orang pajak tidak akan disenangi.  Tapi inilah kami, dengan segala kelebihan dan kekurangan kami.

Sesungguhnya, kami hanyalah warga negara Indonesia, yang dengan sepenuh hati mendedikasikan hidupnya untuk kemakmuran bangsa.  Mengumpulkan rupiah demi rupiah, agar roda pemerintahan tak menjadi tersendat.

Sebagai sesama warna negara, tak ada salahnya bagi kalian untuk membantu kami.  Sekedar menaati kewajiban sendiri, apalah sulitnya?  Toh pajak yang kami kumpulkan di setiap tahunnya, pada akhirnya akan digunakan untuk kepentingan kalian juga.

Kalian tahu, ada satu lagi yang bisa kalian lakukan untuk membantu kami?  Hentikanlah komentar-komentar negatif yang kalian sematkan dalam berita-berita berpulangnya saudara kami.  Miris rasanya, ketika hidup tak mendapat dukungan, tanpa nyawa pun masih harus menanggung celaan. 

Kalian tahu, saat ini kami tengah berbenah.  Demi perpajakan yang lebih baik.  Kami ingin agar kalian saudaraku, merasakan aman dan nyaman saat membayar pajak.  Kami tak ingin dianggap sebagai perampok, yang hanya bisa merampas harta yang kalian punya, tanpa memberi imbal hasil apa-apa.  Bersabarlah barang sejenak, karena suatu perubahan memang memerlukan waktu.  Tapi percayalah, kami sedang memberikan seluruh kemampuan yang kami bisa.

Teruntuk seluruh pegawai DJP, semangatlah!  Tetap berbangga menjadi petugas pajak. 

Dan akhirnya, ku ucapkan selamat jalan untuk kedua saudaraku Sibolga Parada Toga Fransriano Siahaan dan Soza Nolo Lase.  Semoga amal ibadahnya diterima di sisi Tuhan YME, dan keluarga yang ditinggalkan senantiasa dilimpahi ketabahan.

Salam satu jiwa.