Selasa, 23 Juni 2015

Memilih Untuk Dipilih

Wanita itu, kodratnya untuk dipilih.  Kata orang.  Jadi, wanita itu tidak perlu repot-repot pontang-panting kesana-kesini nyari jodoh.  Cukup duduk manis dan menunggu datangnya sang kekasih pujaan hati.  Oh really??? 

Saya sebagai salah seorang wanita, kok yo ndak sreg sama "kata orang" diatas.  Wanita terkesan pasif, tidak berjuang apa-apa untuk kehidupan cintanya.  Kalo saya pribadi mah, kodrat wanita untuk dipilih itu tidak 100% tepat.

Selama 26 tahun saya mengembara di muka bumi ini, 10 tahun sudah saya habiskan dalam memilah lelaki yang menurut saya pas untuk berada di samping saya. Hahai, "memilah", indah sekali bahasa saya.  Iya, memilah.  Begitu banyak lelaki bertebaran di muka bumi ini.  Setidaknya, dengan posisi saya saat ini, saya punya nilai jual sehingga saya tak semata-mata dipilih oleh lelaki.

Saya memilih untuk dipilih.  

Yap, proses pemilahan yang saya lakukan, bukan dalam rangka saya ingin mengejar lelaki tersebut.  Menghamba dan mengiba kepadanya, agar mau menerima saya menjadi pendamping hidupnya.  Tidak.  Proses pemilahan yang saya lakukan, lebih kepada proses awal saya mengenal "calon-calon" saya.  Kadar keimanannya, kepribadiannya, pemikirannya, pengetahuannya, tingkah lakunya, tutur katanya, perbuatannya...  Saya tidak memandang mereka sebagai mangsa, melainkan lawan main dalam kehidupan kini yang kelak mungkin akan saya gandeng 'tuk menjadi teman hidup.

Ketika saya sudah menemukan "calon" yang memiliki potensi baik, saya pun memilihnya.  Ingat, tidak lantas dengan memilih, saya mengejar-ngejar dan menyatakan cinta padanya.  Langkah selanjutnya, saya akan lebih membuka diri padanya, membuka sebuah kemungkinan untuk berjalan bersamanya.

Sejauh ini, cukup banyak lelaki yang terjaring dalam magnet saya, lelaki yang telah saya pilah dan dengan yakin saya pilih untuk memilih saya.  Namun, yang namanya belum berjodoh, sejumlah lelaki tersebut  justru hengkang dari pandangan saya.  Entah menjauh dengan sendirinya, atau saya buat menjauh karena ternyata saya tak lagi memilih untuk dipilihnya.  Kecewa, tentu.  Tapi bukan berarti saya harus larut dalam kesedihan mendalam yang tak berkesudahan.  Justru saya jadi lebih banyak belajar tentang karakter yang saya pilih, maupun karakter saya untuk dipilih.  Berharap, ketika lelaki pilihan itu datang, tak perlulah waktu yang lama untuk saya bisa menentukan bahwa saya memilih untuk dipilih dirinya.

Hingga akhirnya, ketika saat itu tiba.  Saya memilih untuk dipilih olehmu.  Lelaki baik hati, yang rasanya tak perlu saya sebut namanya disini.


Kamis, 18 Juni 2015

Fast Forward in Love

From my last post (excluding Marhaban Ya Ramadhan) on Jan 15, I've stopped writing for more than 5 months.  I don't know what exactly causing me being so lazy.  Maybe I was distracted by something so interesting making me can't take my eyes off him.

On the last 5 months, many things happened.  I met someone.  Well, introduced to be exact.  Then I dated him.  Then he proposed, asked me to marry him.  Then I'm engaged with him. And now, I'm preparing a wedding with him, my biggest upcoming event which about to be happened in couples of months.

You know what, it's like fast forward in love.  It only took a month to ensure me that he's a right guy to date with.  It only took 3 months to ensure me accepting his wedding proposal.  It only took 4 months to have ring on my ring finger.  And it's only several months to go before I officially become a Mrs.

I'm glad, very glad for his coming in my life.  To end my loneliness.  To complete my lacking of.  To complete my faith.  To start a new chapter in my life. 

I'm glad, very glad for his coming in my life.  The one who has a better point of view in everything.  The one who has a very open mind.  The one who is very patiently in listening every single story that I'm telling about.  The one who corrects me gently.  The one who cares about me so much.  The one who probably I can't live without.

I really look forward days after days to be spent with him.  Live with him.  Grow old with him.  Have fun with him.  Travel with him.  To become a family with him.


with you, for the rest of my life


Rabu, 17 Juni 2015

Marhaban ya Ramadhan

Well, tulisan ini adalah tulisan yang pertama aku buat sejak,,, entahlah.  Padahal diawal tahun, niat untuk menulis sangatlah menggebu.  Tapi apa daya, rasa malas yang rasanya tak berkesudahan senantiasa mampu mengalahkan niatan baik itu.  Ditambah lagi dengan sejumlah kesibukan disana sini, yang tak pelak membuat aku semakin malas untuk menulis.  Alasan klise sebetulnya.  Namun tak apalah.  Toh sementara ini aku menulis karena inginku sendiri.

Malam ini, penghujung bulan Sya'ban 1436H.  Di saat umat muslim beramai-ramai menuju ke mesjid untuk menunaikan ibadah shalat Tarawih, aku masih terfokus untuk sampai di rumah.  Sembari berharap, masih sempat mensejajarkan kaki di tengah barisan makmum.  Semoga.  Andaipun tidak, tak mengapalah jika ku hamparkan sajadah di dalam kamar.

Di awal Ramadhan ini, pantas kiranya bagi kita, aku lebih tepatnya, untuk kembali merenungkan yang telah lalu.  Merenungkan tentang betapa banyaknya nikmat Tuhan yang dilimpahkannya padaku.  Atas nikmat sehat.  Atas nikmat selamat.  Atas nikmat rejeki.  Atas nikmat cinta dan kasih sayang.  Atas nikmat usia.  Atas nikmat selamat. 

Namun sesungguhnya, bertemu kembali dengan bulan Ramadhan adalah nikmat yang tak bersudahan.  Untuk dapat kembali berlomba-lomba menunaikan perintah-Nya, dengan mengharap Ridho dan surga-Nya.

Semoga, pertemuan dengan Ramadhan kali ini tidak menjadi suatu kesia-siaan belaka.  Tak hanya sekedar mendapat lapar dan dahaga.  Tak hanya sekedar melawan hawa nafsu.  Tak hanya sekedar mengalihkan jadwal rutinitas sehari-hari.  Melainkan menambah amalan kita, mempertebal iman dan takwa kita.  Sembari berdoa, kiranya dapat dipertemukan lagi dengan Ramadhan-Ramadhan berikutnya.

Marhaban ya Ramadhan..